Selasa, Mei 13, 2014

Another Story Telling Part II

THE DECENT GUY

Lagi PMS kali ya?
Atau emang akunya yang emosian?

Kali ini keselnya udah di ubun - ubun.
Ya, aku tahu beberapa dari mereka
melalui beberapa situs jejaring sosial.
Niatnya kepingin punya pengalaman,
yang bisa kubuat cerita.
Atau, betapa lucunya menemukan soulmate
via jejaring sosial.
Dan aku memang sangat suka sekali,
mengetik.
Which is, dalam hal ini, chatting.

Dan,
beberapa dari mereka pula,
banyak yang menganggu zona amanku.
"Boleh main ke kosan kamu?"
Setiap pertanyaan itu mereka utarakan,
aku naik pitam.
It is THE TRIGGER, man!
Don't you know how to behave one?
Don't you know 'kosan' is something personal, like a home?
Aku ngga pernah denger orang bilang:
"Eh, boleh ngga main ke rumah kamu?"
Apalagi kalo tau orang tua si cewek ada di rumah. Hell no.
Dan, 
jika aku sampaikan kekesalanku, 
mereka dengan mudahnya menjawab,
"Cuma tanya, kok."
WTF
Halus banget mainnya.
Bullshit tau, ga?
Mereka pinter banget bikin "some" girls
merasa stupid atas kekesalan tadi.
Membuat "some" girls merasa 
kami terlalu parno.
Ya, kalo memang sekadar nanya,
kenapa dari awal ga pake embel - embel,
"Mau tanya nih, boleh ga kapan - kapan main ke kosan kamu?"

Karena, bahasa chatting itu 
sangat berbeda saat diucapkan.
Ato, pake embel - embel emoticons
seperti yang suka dipake cewe - cewe.
Ah, mungkin itu memang mannernya 
orang - orang yang kita temui via jejaring sosial.
Too open, too vulgar, too frontal.

Tapi, engga juga.
Aku juga beberapa kali kenal dengan
beberapa cowok.
Belum saatnya, yet mereka juga
meminta hal yang sama:
Main Ke Kosan Kamu.

I hope one day.
I'll meet THE GUY.
THE GUY that would treat a lady
like a lady.
Treat me properly.
Know the right time, right place.
THE DECENT GUY.
 

Sabtu, Mei 10, 2014

Another Telling Story Part I

Sudah lama tidak menulis lagi. Lama sekali.
Lalu apa yang mengantarku kembali ke sini?
Ada beberapa luapan emosi, ternyata.
Perasaan menyesak yang ingin dibaca mata.

Cerita Pertama
Tentang Dia "Si Pria Masa Depan"?

Cerita ini terjadi sekitar setahun yang lalu.
 Lalu kemudian, kulihat di berbagai sosmed yang dia miliki.









In Relationship.
With another girl.
Same field as his.
Co-ass doctor.

Aku pernah terpikir saat ini akan tiba.
Kalian tahu apa yang dia bilang?
Dia: "Jika ada dokter muda yang naksir, kenapa engga?
Hehe."
Aku: "Bukan. Yang sama-sama sedang co-ass lah."
Dia: "Engga mungkin ada yang mau sama aku yang begini."
Bullshit.
They are now, 
not seeing you as a sweet dark chocolate (cowo hitam - red) guy anymore.
They are now,
seeing you as a bright future doctor guy.
They are now, 
seeing you as a nice-sweet-candidate-son in law for their mothers.
Yeah,
whatever!
I'm so long with drama queen. 




Cerita Kedua
Tentang Mereka Yang Tidak Berhati Besar

Hana dan Nana (nama samaran)
adalah dua gadis yang punya masalah yang sama,
dengan cerita yang hampir sama.
Hana dan Nana
adalah temanku (Nana beda grade).
Hana dan Nana
sebenarnya adalah gadis yang baik.
Aku tahu itu.
Aku bisa melihatnya.
Aku bisa merasakannya.
Karena aku, seorang
psychic (just kidding )

Hana.
We had our first fight.
And it took almost a month to back in trail.
Awalnya, adalah salahku.
I did ask her for an apology and explanation.
I knew,
yet she just shut me off, almost a month.
Cold reply messages.
Late reply messages.
 
Aku bukan mencoba mencari alasan.
Andai dia (bisa) merasakan,
sebelumnya.
Sekian tekanan batin, di setiap bincang-bincang kecil kami.
Aku tidak tahu segalanya.
Passionku cuma satu, which is not her field.
Dia tidak mau kalah dan mau menang sendiri.
I let any victories be hers.
Let she felt superior over me.
She was happy.
I was happy.
When we argued about a thing and we had different thoughts.
She will very pleased when knowing 
that her thoughts are right, all along according to facts.
I'm okay with that.
 
So tell me,
who is the one with big heart?
 
Nana.
As a pretty girl, she's also a smart one.
Entry our university with scholarship.
And she seemed very proud of it, through my "googles".
Boyfriend-nya bekerja di music field, Yamaha.
Aku lupa sebagai apa.
Dan dia juga bangga dengan itu.
Aku rapopo.
Yet from what I caught,
she seemed like underestimate me.
Aku rapopo.
She's still nice.
 
One day, we had our break up.
First, she asked me anything about registering a seminar.
Through messages.
I answered hers.
Then:
Nana: "secepatnya ya...besok harus ditandatangan."
WTH.
The message sounded order me.
Order me to be fast.
Fun fact is, she even not around my age.
She's my junior.
Haruskah ku ospek ulang?
 
Aku mengingatkannya.
Tentang manner.
Dan balasan pesannya yang lain:
Nana: "Iya maaf, perkataan saya bikin menyinggung...
tapi bukan maksud untuk seperti itu kok...
kakak memang lebih tua daripada saya...saya amat menghormati..."
Seolah meledek.
"Saya"?
"menghormati"?
 
Aku hanya tak habis pikir.
Pesan ini masih berlanjut dengan segelintir
kata-kata baku yang seharusnya ditujukan
buat dosen-dosen kami.
Aku tak habis pikir.
Bahkan dia tidak bisa melihat makna tersirat
dari pesan yang menjadi trigger.
Aku tak habis pikir.
Bukankah posisinya hanya sebatas minta maaf
dan hal ini akan berhenti?
 
 
 
 
 
 Cerita Ketiga
Tentang Mereka Yang Punya Maksud Tersembunyi
 
Aku adalah
mantan gadis yang polos dan lugu.
Sampai akhirnya,
aku menjadikannya tameng.
Mengetahui hal-hal tertentu
di mana orang-orang berpikir kau takkan mengerti.
Bukankah itu menarik?
   
 
Tentang Yana (juga nama samaran)
Dia baik, cukup solid, kami berdua.
Tak satupun dari kita yang mengerti kedekatan yang terjalin.
Cukup dengan title: teman.
Berbagai cerita tentangnya dan hal-hal lainnya,
yang membuatku lebih membuka mata tentang hidup ini,
tentang hidup yang sebenarnya.
 Dan aku (hampir) membencinya.
To her, I was just another exit ticket.
From her family, from her mother.
Another role to be her shield.
Well, I was kinda into her or maybe that is my weakness.
Being kinder to others than to myself.

Aku rasa, 
aku juga alasannya terlihat "move on"
dengan mengikutsertakan aku in her "move out".
Aku rasa,
semua yang diucapkannya when we had that stupid game
"truth or dare"
are bullshit.
Aku rasa,
dia memang pembohong yang ulung.
In fact, she can not move on.
 
 Tentang Mereka Yang Lain
I dislike (almost hate) those who wasting my time 
for something has nothing to do with me.
Seperti Yanto.
He sent me BBM just to ask where in Bandung I live in.
And how far that to someplace called Uber.
When I asked why,
that his GF is living there.
Akhirnya, aku tahu, bahwa dia ingin membuat kejutan untuk GF-nya.
Intinya, dia menghubungiku, 
berharap Uber tidak jauh dari tempatku.
Lalu (menurut dia) aku bisa membantunya 
menunjukkannya arah menuju GF-nya.
Fun facts, dia belum pernah ke Uber.
Dan GF ini adalah new GF-nya yang dikenalnya di "jalan".
(I don't know what he meant with "jalan")
WTF.
Kenapa tidak dari awal dia menyampaikan rencananya.
Tidak usah berbelit-belit.
Mungkin, aku tak perlu membalas ketus BBM-nya.