Senin, September 26, 2011

Demam Poconggg

aku ngga begitu yakin nama penyakitnya apa. gejalanya timbul setelah aku selesai
membaca buku "poconggg juga pocong" yang katanya new release di amour. 
lalu, kerenan demam poconggg ato poconggg fever ya?
untungnya deket kosan ada dr.susy. niatnya mo langsung konsul ke dr.susy, tapi udah malem. 
takut ketemu poconggg beneran. jadilah malam itu aku tidur dengan kepala yang dipenuhi dengan
pikiran akan nama penyakit yang menyerangku malam itu, demam poconggg ato poconggg fever.
ps - ngga tahu mesti nyesel apa engga udah minjem tuh buku. poconggg syahreza! lo harus tanggung jawab.
kita melakukannya atas paksaan. lo terpaksa nulis buku itu, gue terpaksa tidur bareng buku lo malem ini. 
*sigh

-------Tadinya-------
kejadian ini bermula saat aku dan husna keluar kosan buat ngisi kebutuhan perut masing-masing.
lalu kami pun memesan nasi goreng dan mie goreng depan kosan.
kebetulan komik yang aku pinjem tempo dulu dari amour mo dikembalikan hari ini. jadilah malam itu
kita sekalian mampir ke amour.
tak berniat meminjam komik lagi, aku menawarkan komik pada husna setibanya di amour. saat itu yang jaga
si teteh ama seorang pengunjung, ngga tahu itu temannya si teteh ato bukan. ato bahkan si teteh ngga tahu 
kalo ada pengunjung di sana. Wallahu alam. semoga si teteh hingga saat ini baik-baik saja.


pas si husna sedang berdiri tegak dan rapi di depan rak buku-buku yang menyatakan diri mereka sebagai
new release, aku juga tak mau kalah dari husna untuk ikut-ikutan berdiri tapi ngga tegak dan rapi karena..
karena... ngapain coba? malem-malem berdiri tegak dan rapi?
yah, whatever lah! akhir kata, aku tak bisa berkata-kata lagi...
aku..
bertemu dengannya...
poconggg syahreza!! 
sungguh malam yang tak terlupakan!
physically, dia lumayan tinggi. tinggi dari portal kompleks perumahan di malam pertama dia dinas malam.
wajahnya tak begitu kelihatan karena perkenalan kami sangat singkat dan terjadi di bawah lampu jalan yang
kedap kedip ntah karena bohlamnya minta diganti ato ada kabelnya yang sekarat karna digigit tikus ato hamster. kuyakin wajahnya tak sesangar nama pertamanya, juga tak setampan afgansyahreza.
tapi, malam itu tetap malam yang tak terlupakan.


dan aku pun pulang diikuti husna dengan menggenggam poconggg syahreza!


setibanya di kamar, aku membuka bungkusan mie goreng yang ku pesan. laper tingkat dewa.
poconggg juga pocong ku abaikan. ku rasa poconggg syahreza bisa mengerti itu.
berhubung aku sangat menikmati mie gorengku, ku biarkan sejenak poconggg juga pocong terbujur terbaring
di atas kasurku, menatapku, tak tahu apa yang dia irikan. kebebasanku menggerakkan tanganku?
kebebasanku memakan mie goreng?


devi datang. rencanya dia ingin mengecek emailnya. ntah apa gerangan yang membuat leppi ngga bisa 
memberikan pelayanan yang baik. mungkin koneksi sedang kacau. atau... karna ada poconggg juga pocong?
devi nyerah. aku menghiburnya dengan mengenalkannya pada poconggg juga pocong.
ajaib! dia kenal poconggg. tapi poconggg ngga kenal dia (mungkin). mungkin aku juga (tidak kenal poconggg).
devi mengaku dia sempat ngikutin sepak terjang nya poconggg saat membuat tendangan finalti dalam 
perlombaan 17-an lalu. ok. itu hoax. memang bukan poconggg yang kukenalkan ini.
menurut penuturan devi (tadinya ingin disebut saja sebagai bunga, tapi ternyata devi ngga ikhlas kalo
disebut bunga. aku ngga tahu kenapa), poconggg punya banyak pengikut di twitter. ratusan ribu. tapi poconggg ngga mau ngikutin orang. serasa jalan yang ditembuh selama kematiannya adalah benar. dan memang benar. terbukti para pengikut ngga ada yang beres otaknya.


aku juga cerita ke devi - yang ngga mau disebut bunga tadi - kalo aku pun sempat beberapa mergokin 
poconggg melebarkan sayapnya yang abstrak (sekali-kali ngga papa memberikan seseorang seseikat 
sebuah harapan yang indah) di twitter. tapi aku terlalu naif, polos dan lugu untuk menjadi pengikutnya.
terakhir kudengar, bahwa poconggg tak lebih dari seorang lelaki yang mengaku sebagai poconggg.
*maksudnya?


devi kembali ke kamarnya. aku kembali berdua dengan si kontroversial fenomenal poconggg. aku mulai
merasa hawa di sekitarku ngga enak. aku berkeringat. leherku basah. aku tak kuasa meraih gagang pintu
karena terlalu sesak. saat kesempatan itu datang, segera kularikan kakiku. ternyata I had to pee.
sekembalinya dari sana, kulihat poconggg juga pocong terlungkup. ntah di halaman berapa kutinggalkan tadi.
kasihan, mungkin poconggg kedinginan. 


halaman demi halaman ku baca. aku kembali merasakan hawa yang aneh. juga sesuatu yang basah dan
lengket menempel perlahan di betis bawahku. dingin. takut.
kuberanikan diri untuk tetap melihatnya. 
astaga!
warnanya hitam!
omaigatt!
kecap yang tadinya kujadikan pereda mie goreng yang kelewat pedas, tumpah!


aku merasa sial telah meminjam buku itu!


kini ku coba untuk rileks. membaca poconggg juga pocong. kutegakkan bantal dan bersandar padanya.
poconggg juga pocong berada di pangkuanku. senang sekali sepertinya.
tiba-tiba pandanganku memudar. lalu terang. memudar. kembali terang. seperti pepatah, 
habis gelap terbitlah terang. 
kepalaku berkunang-kunang. padahal aku tak pasang lampion di kamarku. aku heran dari mana 
kunang-kunang itu masuk. bahkan nyamuk yang lebih kecil darinya saja bisa masuk.
kuraih keningku. agak panas. ah, mungkin aku demam.
redox*n yang tadi sempat ku minta pada husna - karna himpitan ekonomi yang begitu keras aku tak mampu
meruntuhkannya dengan palu - aku ngga bisa beli redox*on. jadi aku minta ke husna, kini ku minum.
oh salah! sebelumnya aku harus menyediakan segelas air, lalu minum, kumur-kumur, dan disemburkan ke
seluruh penjuru kamar.
bukaaaann!!
segelas air tadi akan kumasukkan redox*on tadi. setelah satu butir redox*on itu hilang, lalu aku meminumnya.


perasaanku kembali tak tenang. kacau. galau. risau. bercampur menjadi satu.
aku kembali berkeringat. ku gerakkan tanganku ke keningku lagi.
panas.
panas.
panas.






----------sekarang-----------
aku masih bingung dengan penyakit yang sekarang kuderita di dalam kosan derita.
kulirik poconggg juga pocong yang masih di pangkuanku. tak ada apa-apa.
entahlah...
mungkin agar kisahku dengan poconggg dapat diminati teman-teman sebangsa dan setanah air,
kuputuskan untuk memberi nama demam poconggg. karena ku rasa, poconggg pun mencintai bahasa
Indonesia.


ps - conggg, dimana pun kau berada, bertanggung jawablah. penyakit ini sungguh aneh. kurasa, aku tak 
bisa kuliah besok. demam poconggg.... menyiksakuuu...